Puisi Sampai Batas Senja | Ilham Wahyudi

Bookmark and Share
SAMPAI BATAS SENJA
Ilham Wahyudi

Kekasihku ingin aku mengendongnya sampai batas senja
sehingga ia dapat melihat matahari berendam di perut bumi
burungburung pulang dengan perut kenyang
bulan cemas sebab awan sedang bersedih
mendengar rintih katak yang kesepian di pinggir kolam
dan mana tahu gerimis kali ini sudikiranya turun membasahi
pipi merahnya seperti purnama
kekasihku juga memintaku menyayikan lagulagu rindu
agar suasana hatinya yang kacau berangsur normal
sejak pertemuannya tempo hari dengan seekor ular
semuanya tibatiba jadi berubah
seolah ular itu adalah isyarat tentang usianya
tapi kekasihku, ia tidak percaya pada katakataku
bahwa semua itu tak ada hubungannya samasekali
pada usia yang telah tuhan tetapkan batas ujungnya
kekasihku semakin erat memelukku, sangat erat sehingga
aku sulit sekali bernafas dan berbicara kalau aku sepenuhnya
setia bersumpah takkan meninggalkannya, walau sedetik
tapi kekasihku makin kuat memelukku dengan kedua lengannya yang beku
lalu kurasakan pundakku hangat menampung gerimis yang pelanpelan turun
aku mencoba menoleh ke pundakku; apakah ia menyaksikan gerimis ini turun?
sebab sudah sejak lama ia ingin sekali menyaksikan gerimis turun di batas senja
tapi apa yang kusaksikan bukanlah wajah bahagianya
melainkan mata kekasihku terpejam lekat
di batas senja yang pekat
dan gerimis, benarbenar gerimis

Medan. Februari 2009

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar